Selasa, 02 Juni 2015

Dongeng Dulu dan Kemarin


Assalamualaikum wr.wb...

Berhubung cerpen yang niatnya mau tak post di sini baru jalan seperempat jadi supaya pengunjung yang mampir di blog ini (kalau ada) tidak bosan karena disuguhi postingan basi aku akan berbagi cerita aja, yaa mirip-mirip dongeng sebelum ngacir gitu lah.

Seminggu yang lalu mamakku ga siang, ga malam, ga subuh, ga sore selalu nyempetin nyuruh aku potong rambut karena memang sudah hampir satu bulan aku belum memendekkan rambutku, sepertinya mamakku terganggu dengan rambutku yang bagai sarang burung pipit terutama penampakan selepas bangun tidur terus kluar rumah, wow udah kayak orang sedang sakit keras: rambut menutupi mata, wajah pucat pasih kala sinar matahari menerpaku. Tapi bedanya kalo orang sakit keras mukanya tirus sedangkan kalau aku bermuka tembem hhehee :D .
Karena sudah merasa tak nyaman mendengar ocehan mamakku dan juga tak nyaman dengan rambut kian tampak menumpuk tebal dikepala akhirnya beberapa hari lalu aku potong rambut.

Wajar kalau aku tak nyaman dengan rambut yang sedikit tebal karena selama sekolah aku memang rajin memotong rambut dan hampir setiap saat rambutku tertata dengan gaya sedikit mohawk terlebih semasa SMA karena sekolahku dulu memang terkenal ketat dalam aturan dan tanpa toleransi bagi pelanggarnya. Bahkan yang sering terjadi adalah razia bagi siswa yang mengenakan kaos kaki tak sesuai aturan, seharusnya: senin-kamis kaos kaki putih, jumat & sabtu kaos kaki hitam. Dan jika ada yang terlihat memakah kaos kaki tak sesuai aturan maka ucapkan "bay-bay kaos kaki kesayangan.." sebab kaos kaki yang disita akan langsung dibakar ya dibakar awalnya aku ga percaya sampe aku ngliat sendiri. Waktu itu sudah lama tak ada kabar razia jadi para siswa heppy hingga terlena tiba-tiba saja guru mendatangi kelas dan melakukan sidak karena situasi tak terduga tentu saja hasilnya banyak. Kemudian saat pulan sekolah aku sedeng di dekat tangga tiba-tiba ada guru yang memanggil pegawah sekolah lalu orang itu datang membawa karung yang terisi setengah oleh sesuatu. Pegawai sekolah itu berjalan ke arah pembakaran sampah, di sana ada api yang menyala lalu dengan santai pegawai sekolah itu melemparkan karung sebelumnya dijinjing dengan satu tangan itu ke dalam kobaran api yang tampak menyala tenang tapi aku yakin itu panas dan pecayalah kalau itu memang panas. Aku hanya memandang tak beranjak dari tempatku, lalu guru yang tadi memangil pegawai sekolah berjalan melewatiku dan karena penasaran aku pun bertanya.
"tadi yang di dalam karung isinya apa pak?"
"itu kaos kaki dari razia anak-anak tadi " jawabnya dengan dialek khas orang timur.
"hhmm?! " aku membelalak mengerinytkan keningku mendengar jawaban tadi.

Selain kaos kaki ada juga razia sepatu, tali sepatu, rambut, ikat pinggang, celana (bagi yang cowo), kuku, bahkan sempat ada razia kumis segala. Konyol.

Tapi meski ada aturan semacam itu tetap saja ada siswa aneh yang iseng melanggarnya, emmm termasuk aku juga sih hehee. Aku dan salah satu temanku malah membuat ukiran di rambut kami. Awalnya sih temanku yang membuat terlebih dulu, dia membuat ukiran bermotif batik di pelipis kanannya dan dengan bangga ia memamerkannya pada kami tapi 2 hari berikutnya ukiran itu telah bersih karena kenat tilang guru BP sungguh ukiran yang malang T_T. Saat itu aku juga kemudian membuat ukiran tapi berbentuk sayatan dari tengkuk kanan naik sampai atas kuping maka jika aku berhadapan dengan guru aku tak perlu hawatir hhehee.

Hari pertama tak banyak yang tau aku punya jalan kutu baru di hari ke-dua temanku-temanku menyadarinya termasuk temamku yang ukirannya tertilang. Awalnya kami ngobrol dengan beberapa teman tak lama aku berpaling mau ke toilet kemudian teman yang lain pun bubar.
Tengah menggoes kursi roda tiba-tiba aku tersentak karena aku mendengar langkah kaki menghentak lantai diikuti kursi rodaku ditarik kebelakang hingga aku sedikit tersungkur karena kebiasaanku jika melajukan kursi roda memang tak pernah pelan-pelan. Saat kursi roda terhenti kemudian tangan kiri orang yang di belakangku meremas kapalaku lalu memiringkannya ke kiri agak keras.
"Adaww apaan sih, ini kepala woy jangan maen putar-puter seenak jidat.." cercaku.
"Diem toh, eh ini kamu sengaja bikin ukiran ya?" ucap orang yang berdiri di belakangku yang tak lain adalah teman yang ukirannya tertilang BP.
"Iya. Ukiranmu manah?"
"Kena tilang kemarin. Kamu nih licik bikin di sini, biar ga kliatan dari depan ya?"
"Iya dong, emang kamu nyali doang..."
"Eargghh!!, nanti kulaporin ke BP pokoknya.." ucapnya sambil menjitak kepalaku pelan.
"Eee... ga boleh gitu lah kemarin kan aku ga ada bilang-bilang. Awas aku mau ngelukis (kencing) nih..."
"Sana-sana-sana, uuhhh.." sambil mendorong kursi roda yang kududuki selaju mungking kemudian melepaskannya.
Saat kursi rodaku melaju kencang tanpa ada yang mengendalikannya kubiarkan saja tetap melaju membawaku menuju depan toilet sementara menunggu aku menyilangkan kedua lenganku di belakang kepala sebagai bantal untuk bermalas-malasan di atas kursi roda yang melaju itu tanpa rasa hawatir karena aku lumayan sigap untuk mengendalikannya kalau akan menabrak murid yang lalu lalang atau menghantam dinding.

Begitulah cerita tentang sekolah dulu, sekarang kita kembali pada cerita tentang beberapa hari ini. Nah setelah sebelumnya mamakku rutin mengomentari rambutku yang sudah bagaikan semak belukar tak terurus sebelum di potong kemarin petang 01/juni/15 kira-kira pukul 06:20 waktu aku menonton anime naruto :D ya aku masih suka menonton naruto mungkin sebenarnya sudah terlalu tua untuk itu hhahaa. Selain anime naruto dan memang hanya naruto aku juga suka menonton berita, talk show atau acara-acara yang menambah wawasan atau semacamnya lah tapi untuk sinetron dengan tegas aku bilang NO!! kalau ftv masih nonlah walau sekilas-sekilas.

Saat aku menonton naruto tiba-tiba mamakku yang sebelumnya ikut menonton berkata.
"Coba kamu lihat kumismu juga jenggotmu. Kenapa kamu berkumis subur begitu.."
Aku hanya menjawab dengan berguman dalam hati. "Aku berkumis karena aku laki-laki mak.." bisikku dalam hati.
Kupikir dengan diam mamakku akan akan diam ternyata aku salah, mamakku kembali berucap.
"Kamu nurun siapa sih kok kumis sama jenggotmu panjang begitu..."
Aku hanya membalas kata-katanya dengan tatapan yang sepertinya terlihat tanpa ekspresi ke arah mamakku, sebenarnya itu ekspresi keherananku. Bagaimana aku tak heran kenapa juga masih ditanya aku turunan siapa.
"Sudah pasti aku turunan bapakku.." sekali lagi aku menjawab dengan guman dalam hati.

Tampaknya mamakku sedikit mengalami shock ringan mungkin karena aku jarang memanjangkan kumis dan jenggotku, sekarang aku berinisiatif memanjangkannya karena aku tak ada rencana bepergian sebab aku kurang pede bepergian dengan kumis serta jenggot melekat di sekitar bibirku. Bayangkan saja seorang remaja bertubuh kecil dengan pipi menggembung, wajah pucat, mata agak dingin ditambah helaian kumis dan jenggot yang tumbuh jarang-jarang namun helaiannya mirip sapu ijuk, eh bisa buat nyapu dong ya jenggotku.

Demikian posti ini saya buat. Kurangnya mohon dimaafkan, lebihnya buat kalian aja..

Wassalamualaikum wr.wb...

4 komentar:

  1. Cie yang manjangin jenggot biar jadi dukun :v

    BalasHapus
  2. Hhahaa masa jadi dukun gara2 jenggot..

    BalasHapus
  3. hai kang faris,minal aidin wal faidzin ya,semoga sehat selalu :)

    BalasHapus
  4. @oh andrian,
    hai jg kang andrian minal aidin walfaidin jg, makasih..

    BalasHapus